SLF di Perbatasan: Pengawasan Lemah di Daerah Terpencil
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sering dianggap sebagai dokumen administratif biasa. Padahal, dokumen ini menjamin keselamatan, fungsi, dan kelayakan suatu bangunan. Di kota-kota besar, masyarakat dan pengembang sudah terbiasa mengikuti prosedur ini. Namun, bagaimana nasib bangunan di wilayah perbatasan seperti Kalimantan dan Papua? Sayangnya, banyak bangunan di perbatasan justru tidak melalui proses audit SLF yang layak. Padahal, infrastruktur di wilayah tersebut seharusnya menjadi garda depan negara. Minimnya pengawasan terhadap kelayakan bangunan tidak hanya membuka celah kerusakan, tetapi juga menimbulkan risiko serius terhadap keamanan nasional.
Minimnya Audit SLF di Kalimantan dan Papua: Kenyataan di Lapangan
Pemerintah telah membangun berbagai infrastruktur strategis di wilayah seperti Entikong (Kalimantan Barat) dan Skouw (Papua)—termasuk pos lintas batas negara, pelabuhan kecil, hingga fasilitas layanan publik. Namun, banyak dari bangunan tersebut tidak memiliki SLF di perbatasan yang sah.
Baca juga: Update Regulasi Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Dampaknya
Mengapa hal ini terjadi?
1. Jumlah Auditor Terbatas
Sebagian besar auditor SLF bersertifikat hanya tersedia di kota besar. Daerah perbatasan belum memiliki cukup tenaga ahli untuk melakukan inspeksi langsung terhadap bangunan.
2. Pembangunan Hanya Fokus pada Fisik
Proyek pembangunan umumnya mengejar target penyelesaian fisik. Sayangnya, banyak pelaksana proyek mengabaikan proses legalitas seperti SLF, padahal bangunan yang belum laik fungsi seharusnya belum boleh digunakan.
3. Biaya dan Akses Menjadi Kendala
Melakukan audit SLF di perbatasan daerah terpencil membutuhkan kehadiran fisik auditor. Namun, akses yang sulit—melewati sungai, hutan, atau jalur udara—serta biaya logistik tinggi membuat proses pengawasan menjadi sangat berat. Banyak pihak akhirnya memilih untuk melewatkan audit daripada menanggung kompleksitasnya.
Implikasi SLF Serius terhadap Keamanan Nasional di Perbatasan
Di kota, bangunan tanpa SLF di perbatasan bisa membahayakan penggunanya. Tetapi di perbatasan negara, bangunan tanpa kelayakan fungsi bisa mengancam kedaulatan.
Coba bayangkan:
-
Sebuah pos penjagaan ambruk karena struktur tidak memenuhi standar
-
Korsleting listrik terjadi di bangunan yang digunakan untuk keperluan militer atau bea cukai
-
Bandara perintis tidak layak digunakan karena tidak melewati inspeksi kelayakan
Tanpa pengawasan yang memadai, infrastruktur strategis justru menjadi titik rawan. Ini bukan lagi urusan teknis semata, tapi menyangkut pertahanan dan integrasi nasional.
Baca juga: Wajib Tahu! Kenapa Bangunan Harus Punya Sertifikat Laik Fungsi
Solusi Teknologi SLF di Perbatasan: Pemeriksaan Jarak Jauh yang Realistis
Meskipun geografis menjadi tantangan besar, teknologi menawarkan solusi yang efisien dan realistis untuk pengawasan SLF di perbatasan daerah terpencil.
1. Inspeksi Visual dengan Drone
Tim teknis bisa menggunakan drone untuk mengambil gambar dan video bangunan dari berbagai sudut. Auditor pusat dapat mengevaluasi hasil visual ini tanpa perlu datang langsung ke lokasi.
2. Pemanfaatan Building Information Modeling (BIM)
Pemerintah dapat menerapkan BIM sejak tahap desain hingga operasional. Sistem ini memungkinkan pengawasan secara digital, dan auditor dapat memastikan bahwa setiap elemen bangunan mengikuti standar yang ditentukan.
3. SLF Online System
Kementerian PUPR dan pemerintah daerah bisa mengembangkan sistem pengajuan SLF di perbatasan secara daring. Sistem ini mempermudah pemilik bangunan untuk mengunggah dokumen, memantau status verifikasi, dan menerima sertifikat secara digital.
Perkuat Pengawasan SLF di Perbatasan demi Kedaulatan Negara
Wilayah perbatasan bukan sekadar area administratif, melainkan wajah terdepan Indonesia di mata negara lain. Oleh karena itu, setiap bangunan di perbatasan harus benar-benar layak fungsi, aman, dan memenuhi standar.
Jika kita terus mengabaikan pengawasan SLF di perbatasan Kalimantan dan Papua, maka kita membuka celah bagi ancaman terhadap keselamatan, efisiensi, dan pertahanan negara. Kini saatnya pemerintah mengadopsi teknologi dan membangun sinergi antar-lembaga untuk menjamin bahwa setiap bangunan di perbatasan benar-benar laik fungsi—tanpa harus terganjal kendala geografis.
Baca juga: Perbandingan Proses Pengurusan SLF di Berbagai Daerah di Indonesia
KONSULTASI GRATIS DENGAN KAIZEN KONSULTAN SEKARANG!