Tersandung DED: Kisah Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Tersandung DED | Proyek Ambisius yang Belum Menemukan Relnya
Proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tersandung DED terus menarik perhatian publik. Pemerintah menargetkan waktu tempuh antar kota yang semula lebih dari 10 jam dapat dipangkas menjadi sekitar 3,5 jam. Dengan kecepatan tinggi dan efisiensi waktu, proyek ini semestinya menjadi solusi transportasi modern bagi masyarakat. Namun, perjalanan menuju realisasi proyek masih jauh dari mulus. Salah satu hambatan utamanya terletak pada penyusunan Detail Engineering Design (DED).
Apa Itu DED dan Kenapa Penting?
DED atau Detail Engineering Design menyajikan perencanaan teknis secara menyeluruh. Dokumen ini memuat aspek penting seperti:
-
Struktur jalur dan desain konstruksi rel
-
Sistem elektrifikasi, sinyal, dan komunikasi
-
Integrasi teknologi kereta cepat
-
Peta rencana pembebasan lahan
-
Estimasi biaya dan jadwal pengerjaan
Tanpa dokumen ini, kontraktor tidak dapat memulai pembangunan. Itulah sebabnya, proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya belum juga bergerak ke tahap konstruksi.
Baca juga: Audit DED Proyek: Pengertian dan Tujuannya dalam Infrastruktur
Kendala Utama: Ketidaksesuaian dan Ketidakjelasan
Proses penyusunan DED justru berlangsung lambat akibat tersandung DED, meskipun studi awal telah dimulai beberapa tahun lalu. Beberapa faktor utama penyebab keterlambatan ini antara lain:
-
Pemerintah pusat dan daerah belum menyepakati trase jalur.
-
Kementerian Perhubungan dan Bappenas belum bekerja secara sinergis.
-
Tim penyusun DED belum menuntaskan kajian sosial dan lingkungan.
-
Investor asing maupun skema KPBU masih ragu karena belum ada kejelasan teknis.
Alih-alih bergerak cepat, proyek ini justru jalan di tempat akibat dokumen DED yang belum tuntas.
Tersandung DED | Dampak Ekonomi dan Sosial yang Tertunda
Setiap hari proyek ini tertunda, Indonesia kehilangan peluang besar. Kereta cepat Jakarta-Surabaya bisa mendorong:
-
Efisiensi logistik antar kota
-
Lapangan kerja baru sepanjang jalur
-
Pemerataan ekonomi hingga daerah-daerah kecil di jalur utara Jawa
Namun, semua manfaat itu hanya tinggal potensi tanpa aksi nyata. Selama DED belum selesai, konstruksi tak bisa dimulai.
Bandingkan dengan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Banyak masyarakat membandingkan proyek ini dengan kereta cepat Jakarta-Bandung yang kini telah beroperasi. Meski Jakarta-Bandung juga sempat menuai kontroversi, proyek itu akhirnya rampung dan kini berfungsi. Hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa Jakarta-Surabaya justru lebih lambat padahal urgensinya tidak kalah penting?
Jawabannya kembali pada persoalan perencanaan dan pengelolaan proyek. Proyek Jakarta-Bandung meski cepat dieksekusi, sempat dikritik karena terlalu terburu-buru dan minim kajian menyeluruh. Pemerintah kini tampak lebih hati-hati untuk proyek Jakarta-Surabaya. Tapi kehati-hatian itu tak boleh berubah menjadi kelambanan.
Tersandung DED | Solusi dan Harapan ke Depan
Pemerintah masih memiliki peluang untuk memperbaiki arah proyek ini. Beberapa solusi yang bisa segera dilakukan meliputi:
-
Penyederhanaan birokrasi lintas kementerian dan lembaga.
-
Percepatan penyusunan DED melalui kolaborasi antara BUMN, konsultan internasional, dan pemerintah daerah.
-
Keterbukaan informasi agar publik bisa mengawal proyek ini secara partisipatif.
-
Penyusunan timeline yang realistis dan terukur.
Kesimpulan
Proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya adalah mimpi besar yang bisa membawa perubahan nyata bagi Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Tapi mimpi itu kini tersandung oleh kendala teknis yang seharusnya bisa diantisipasi sejak awal, terutama persoalan DED.
Penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk tidak membiarkan proyek ini menjadi “proyek abadi” yang hanya jadi wacana di atas kertas. Warga Jawa, dan Indonesia pada umumnya, sudah terlalu lama menunggu kehadiran transportasi massal yang cepat dan andal. Jangan sampai mimpi itu benar-benar patah hanya karena satu dokumen yang tak kunjung selesai.
KONSULTASI GRATIS DENGAN KAIZEN KONSULTAN SEKARANG!
Info lainnya: