Lost in Translation: Kesalahan Desain yang Perlu Diwaspadai
Apa Itu Lost in Translation dalam Desain?
Dalam dunia desain, Lost in Translation bukan hanya tentang salah menerjemahkan bahasa. Istilah ini mengacu pada kegagalan menyampaikan makna atau konteks dari satu pihak ke pihak lain baik itu antara klien dan desainer, antar tim lintas negara, maupun ketika menyasar audiens global.
Desain bukan semata soal tampilan visual yang menarik. Sebaliknya, desain adalah alat komunikasi yang harus menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat. Oleh karena itu, ketika komunikasi terganggu, hasil desain bisa meleset dari tujuan awal, bahkan merugikan produk atau kampanye.
Contoh Nyata: Saat Desain Gagal Menyampaikan Pesan
1. Desain Kemasan yang Salah Makna
Misalnya, sebuah perusahaan makanan internasional memperkenalkan produknya di pasar Asia dengan menggunakan warna putih pada kemasan, menganggapnya sebagai simbol kemurnian. Namun, di beberapa budaya Asia, warna putih justru menyimbolkan kematian atau duka. Alhasil, bukannya memikat konsumen, desain tersebut justru membuat mereka menjauh. Contoh nyata dari efek Lost in Translation dalam desain.
2. Antarmuka Aplikasi yang Tidak Relevan Secara Budaya
Selain itu, sebuah aplikasi asal Barat menggunakan ikon “amplop” untuk mewakili fitur email. Sayangnya, sebagian pengguna di negara yang tidak mengenal budaya surat-menyurat merasa kebingungan. Mereka gagal memahami ikon tersebut karena tidak sesuai dengan konteks budaya mereka, ini juga bagian dari Lost in Translation yang sering terjadi pada desain lintas budaya.
Faktor Penyebab Lost in Translation dalam Desain
- Kurangnya Riset Budaya
Banyak desainer langsung memulai proyek tanpa memahami budaya target. Padahal, desain global memerlukan pemahaman lokal, termasuk simbol, warna, bahasa, dan norma sosial. Tanpa riset ini, desain mudah mengalami Lost in Translation dan kehilangan makna. - Komunikasi yang Tidak Efektif
Desainer dan klien sering mengalami miskomunikasi. Istilah ambigu, ekspektasi tidak jelas, atau briefing kurang lengkap menyebabkan hasil akhir jauh dari harapan. - Terlalu Menggeneralisasi Audiens
Beberapa desainer berasumsi satu gaya desain cocok untuk semua audiens. Padahal, sesuatu yang menarik di satu budaya bisa dianggap tidak sopan atau tidak relevan di tempat lain.
Cara Menghindari Lost in Translation dalam Desain
- Lakukan Riset Mendalam terhadap Audiens
Sebelum mulai mendesain, desainer harus menggali budaya dan kebiasaan audiens target. Dengan memahami simbol, warna, dan bahasa lokal, mereka akan lebih mudah menciptakan desain relevan dan diterima baik. - Uji Coba Desain dengan Audiens Lokal
Selain itu, desainer bisa menguji desain langsung kepada pengguna dari berbagai latar belakang budaya. Feedback mereka akan membantu mengidentifikasi bagian yang membingungkan atau kurang sesuai, sehingga mencegah Lost in Translation. - Buat Brief Desain yang Jelas dan Terstruktur
Klien harus memberikan brief rinci dan mudah dipahami. Desainer juga perlu aktif bertanya bila ada bagian yang belum jelas. Dengan begitu, semua pihak bisa memiliki pemahaman yang sama. - Libatkan Profesional Multidisiplin
Desainer dapat bekerja sama dengan penerjemah, ahli lokal, atau antropolog untuk menyaring pesan dan memastikan konteksnya tepat.
Desain yang Baik Itu Jelas dan Bermakna
Desain yang menarik tidak cukup jika gagal menyampaikan pesan. Desainer harus memastikan karyanya dimengerti oleh siapa pun tanpa perlu penjelasan tambahan. Di era global saat ini, desainer tidak hanya perlu kemampuan visual, tapi juga harus memahami konteks sosial dan budaya agar pesan tetap kuat dan relevan di mana pun audiens berada.
Jika kamu ingin desainmu tepat sasaran dan terhindar dari kesalahan “Lost in Translation,” maka konsultasikan kebutuhan desain dan komunikasimu bersama Kaizen!
Jadi, jangan biarkan ide brilianmu tersesat karena penerapan yang salah. Komunikasi visual memang bersifat universal, tapi tanpa pemahaman budaya, pesan mudah terdistorsi. Pastikan desainmu tetap bermakna tanpa kehilangan terjemahan.
KONSULTASI GRATIS DENGAN KAIZEN KONSULTAN SEKARANG!
Audit DED Proyek: Pengertian dan Tujuannya dalam Infrastruktur